Senin, 08 September 2014

Kuliner Tradisional Swiss

Masakan Tradisional Swiss

Sensasi Rasa Masakan Tradisional Swiss

TEMPO Interaktif, Jakarta - Jam tangan Rolex, Pegunungan Alpen bersalju, atau bank paling aman sedunia menjadi bayangan kita ketika mendengar kata "Swiss". Namun, setelah mencicipi santapan tradisional dari negeri yang berpolitik netral ini, kita bisa menambahkan kata "keju", "kentang", dan "Jungfraujoch" ketika mendengar nama negara itu disebut.
Keju dan kentang adalah dua jenis bahan makanan yang hampir selalu ada dalam racikan masakan tradisional Swiss. Contohnya adalah Raclette gurih, yang terdiri atas kentang rebus, acar, bawang bombai kecil, serta keju yang dipanaskan, dan dihidangkan ketika kejunya tengah mendingin. Atau Roschti, sarapan tradisional Swiss yang terdiri atas potongan kentang yang dipanggang di atas pan hingga kering.

Rabu sore lalu, Chef Rudolf Wittwer, 55 tahun, memasakkan aneka hidangan tradisional Swiss itu khusus untuk Tempo. Selain Raclette dan Roschti, ada Aelper Magronen serta Basler Mehl Suppe. Chef Ruedi--panggilan akrabnya--telah puluhan tahun meracik menu tradisional Swiss ke seluruh dunia. Masa mudanya dihabiskan untuk memasak dalam kapal pesiar yang mengelilingi dunia. Ia pernah 20 tahun memasak di puncak Jungfrau, satu dari tiga puncak tertinggi di Pegunungan Alpen. Kini Ruedi menjadi chef kepala di Grand Restaurant Schuh, Interlaken, Swiss.

Selama sembilan hari, 21-29 Oktober 2010, Ruedi akan memperkenalkan aneka hidangan dari Swiss tersebut kepada masyarakat Indonesia dalam Pekan Budaya Swiss "Jungfrau Swiss Sensations" di Java Restaurant Hotel Intercontinental, Jakarta. "Saya akan memasak beberapa salad, daging sapi, daging babi, dan aneka ikan," katanya dalam bincang-bincang bersama Tempo. Ikan
air
tawar asal Eropa, trout, akan dimasak istimewa.

Menurut Ruedi, keistimewaan masakan Swiss terletak pada kejunya. Negeri dengan populasi tak lebih dari 7,8 juta jiwa ini memiliki lebih dari 300 jenis keju yang lezat. Hampir semua santapan di negara ini selalu menggunakan keju. Salah satu keju yang paling terkenal adalah cheese fondue. Ini adalah camilan berupa campuran lelehan keju dan saus putih dalam mangkuk yang dimakan bersama roti atau daging.

Masakan ala Swiss ini berbeda dengan masakan sejenis di negara Eropa lainnya. Seperti pasta Aelper Magronen atau makaroni apel. Aelper Magronen tidak creamy seperti pasta dari Italia. Pasta ini agak kering dengan parutan keju dan apel tumbuk di atasnya. Tapi di antara semua makanan yang dicicipi Tempo, yang paling menarik adalah makanan pembukanya (appetizer), yaitu Basler Mehl Suppe.

Basler Mehl Suppe adalah makanan para petani miskin di Swiss. Masakan ini secara tak sengaja dibuat ketika para petani terlalu lama menyangrai tepung terigu--untuk membuat roti--hingga gosong. Terigu yang agak gosong itu dijadikan sup krim, dengan parutan keju di atasnya. Ketika dihidangkan, sup ini berwarna gelap. Rasanya agak pahit karena dibuat dari terigu gosong, tapi kelezatan kejunya menciptakan kombinasi yang pas di lidah. Hmm, memberi sensasi tersendiri.
Dalam acara "Jungfrau Swiss Sensations" ini, Ruedi secara khusus membawa 5-6 kilogram keju schabziger dari Swiss untuk memberikan rasa otentik keju Swiss kepada masyarakat Indonesia. Selama sembilan hari, pengunjung bisa mencicipi masakan racikan Chef Ruedi dengan ditemani tiupan alphorn--alat musik tradisional Swiss--dan iringan musik folk yang dibawakan oleh sekelompok musisi dari negeri itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar