Jumat, 05 September 2014

Kuliner Tradisional Solo

Kuliner Tradisional Solo

 1.Serabi Notusuman 
Serabi Notosuman
Serabi Notosuman
Mendengar kata Serabi Solo pasti langsung tanggap dengan keberadaan Serabi Notosuman yang sudah familiar. Campuran adonan tepung beras dengan santan membuat serabi terasa gurih di lidah. Serabi Notosuman termasuk salah satu penganan yang mainstream, bahkan sepanjang Jalan Notosuman bisa ditemukan dua sampai tiga toko bertuliskan “Serabi Notosuman ASLI”. Saking larisnya, kerabat dan sahabat pecentus penganan ini berpikir sangat kreatif dengan membuka cabang dimana mereka tinggal, sehingga Serabi Notosuman ini serasa bukan jajanan asli Solo lagi karena begitu mudahnya ditemukan di beberapa kota terutama Pulau Jawa. *puk puk Solo*
Harga di kota asalnya mulai dari 2.000 sampai 3.000 tergantung topping ( coklat atau polos ). Jika ingin melihat proses pembuatan Serabi Notosuman bisa meluncur ke Jalan Notosuman. Jika ingin mencicipi serabi dengan aneka ragam isi seperti nangka, meses, pisang bisa meluncur ke daerah sekitar Pasar Pon, Jalan Slamet Riyadi. 
    
2. Lenjongan Pasar Gede
lenjongan Pasar Gede
Pasar Gede Hardjonagoro merupakan salah satu pasar tertua di Solo sekaligus pasar yang masih bertahan dengan ketradisionalan-nya. Pengunjung bisa dengan mudah menemukan aneka ragam makanan tradisional, seperti salah satunya Lenjongan yang banyak dijumpai di bagian tengah pasar. Lenjongan merupakan istilah untuk berbagai macam jajanan pasar yang umumnya terdiri dari cenil, ketan putih, ketan hitam, klepon, gatot, gendar, grontol, tiwul dan lain-lain. Pembeli bisa memilih jajanan sesuai selera masing-masing, pilih klepon campur ketan putih dan ketan hitam, monggo. Atau mau pilih semua jenis jadi satu wadah, boleh banget! Gula bubuk, parutan kelapa dan lelehan gula jawa menjadi pelengkap lenjongan. Satu pincuk lenjongan hanya dihargai 3.000 sampai 5.000 saja tergantung pilihan. Murah nan kenyang ;-)

 3.  Ledre
________
Ledre
Ledre


Jajanan yang satu ini tak diketahui dari mana asal kampung pembuatnya, yang jelas Ledre merupakan salah satu makanan kesukaan Raja di Mangkunegaran. Terbuat dari adonan beras ketan yang dipanggang di wajan tanpa minyak hingga setengah gosong menyerupai intip, kemudian diisi parutan kelapa dan potongan pisang raja dan dilipat jadi setengah lingkaran membuat Ledre terasa susah untuk dicerna ( baca : seret ). Dengan sedikit modifikasi adonan, Bu Sri Martini berhasil membuat Ledre menjadi lebih mudah dicerna dan terkenal di kalangan wisatawan yang singgah di kampung Laweyan yang kemudian dikenal dengan sebutan Ledre Laweyan. Harga mulai dari 2.000 sampai 3.000 tergantung isi ( pisang, pisang coklat, keju, dan pisang coklat keju ). Terletak tidak jauh dari pusat shopping batik di kampung Laweyan membuat tempat ini mudah ditemukan, kalau nyasar please Gunakan Penduduk Setempat atau GPS.

4. Leker
________
Leker
Leker
Pengaruh bangsa asing yang sempat menduduki Nusantara menciptakan kulturisasi makanan seperti kue Leker yang sepintas mirip dengan crepes. Adonan tepung yang diletakkan di atas wajan panas dibubuhi potongan pisang raja, taburan gula pasir dan bubuk coklat dengan sedikit meses coklat membuat Leker Gajahan yang terletak dekat salah satu bekas Dalem Pangeran di Solo ini terasa istimewa. Lelehan gula meses coklat menimbulkan rasa manis yang WOW dan membedakan dari leker lain di Solo. Pilihan pisang menentukan rasa dari sebuah leker. Pisang raja yang belum terlalu masak tidak cocok sebagai bahan dari leker, kata Bu Sri pemilik Leker Gajahan. Cukup membayar 2.000 saja untuk sebuah leker yang dijual persis di seberang Hotel Trisari, Gajahan. Murah kan?
Dijamin nggak nyesel deh membawa pulang Leker Gajahan sebagai oleh-oleh. Slurpp…


5. Getuk Lindri 
________
Getuk Lindri
Getuk Lindri
Getuk asale soko telo… Moto ngantuk iku tambane opo? Getuk merupakan salah satu penganan tradisional yang banyak dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Proses pembuatan yang tergolong mudah membuat getuk mudah dibuat oleh beragam kalangan. Getuk Lindri merupakan salah satu varian dari getuk, dimana singkong yang sudah masak ditumbuk sampai halus kemudian dicampur dengan gula dan pewarna makanan. Setelah itu adonan digiling menyerupai mie dan dipotong kecil-kecil.
Getuk Lindri bisa dijumpai di kawasan Sriwedari dimana gerobak kecil tersebut memiliki jajanan lain yang nggak kalah enaknya seperti Oyol-Oyol. Oyol-Oyol merupakan campuran tepung tapioka dan ketela yang dikukus menghasilkan tekstur kenyal dan terasa lembut di mulut. Parutan kelapa dan gula bubuk menjadi pelengkap getuk, oyol-oyol, dan klepon. Pembeli bisa memilih sesuai selera atau membayar 5.000 untuk satu bungkus lengkap dengan isi yang mengenyangkan perut.
Sudah ada empat review penganan tradisional yang ada di kota Solo. Mau nambah cemilan lagi? :-D

6. Mendhut
Mendut
Mendut
Ada jajanan pasar yang selalu saya kenalkan ke teman dari luar kota yang berkunjung ke Solo. Mendut merupakan nama sebuah jajanan tradisional yang dewasa ini semakin langka. Kabar baiknya makanan ini masih bisa dijumpai di salah satu kios jajanan Pasar Gede, kabar buruknya setelah mencicipi makanan tersebut teman saya jadi ketagihan #ups. Santan padat yang dikukus dengan klepon ( bulatan tepung ketan dengan warna hijau yang diisi gula dan parutan kelapa ) di dalamnya membuat rasa gurih beradu rasa dengan rasa manis. Hal itulah yang membuat beberapa teman ngaku jatuh cinta dengan Mendut. Sensasi apa lagi dari sebuah Mendut? Silakan rasakan sendiri :-D
Yuk kulineran di Solo ;-)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar